Sosiologi lahir sejak
manusia bertanya tentang masyarakat, terutama tentang perubahannya. Ratusan
tahun sebelum Masehi, pertanyaan seperti itu sudah muncul. Namun, sosiologi
dalam pengertian sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir belasan
abad kemudian.
1. Abad Awal Masehi
Pada pemikir Yunani kuno, terutama Sokrates, Plato dan Aristoteles
beranggapan bahwa masyarakat terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa
mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran. Kemakmuran maupun
krisis dalam masyarakat merupakan masalah yang tidak terelakkan.
Anggapan
tersebut terus dianut semasa Abad Pertengahan (abad ke-5 M sampai akhir abad
ke-14 M). Para pemikir seperti Agustinus,
Avicenna dan Thomas Aquinas menegaskan bahwa nasib masyarakat
harus diterima sebagai bagian dari kehendak Ilahi. Sebagai makhluk yang fana,
manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi pada
masyarakatnya. Pertanyaan (mengapa bisa begini atau mengapa bisa begitu) dan
pertanggungjawaban ilmiah (buktinya ini atau itu) tentang perubahan masyarkat
belum terpikirkan pada masa itu.
2. Pengaruh Revolusi Amerika
Pada tahun 1776, warga koloni Inggris di Amerika Utara
mendeklarasikan kemerdekaan. Mereka mendirikan negara republik dengan
pemerintahan yang sama sekali baru untuk saat itu, yakni pemerintahan
demokratis. Umumnya, negara masa itu berbentuk kerajaan dengan pemerintahan
monarki absolute, dimana raja berkuasa mutlak.
Pemerintahan
demokratis merupakan gagasan para pemikir Eropa, seperti John Locke, Rousseau
dan Montesquieu. Berhasilnya Revolusi Amerika membuktikan bahwa gagasan
kedaulatan rakyat memang dapat dilaksanakan.
Keberhasilan ini membangkitkan semangat demokrasi di kalangan rakyat Eropa.
3. Abad Pertengahan Rintisan Kelahiran Sosiologi
Sosiologi modern berakar pada karya para pemikir Abad Pencerahan,
pada abad ke-17 M. Abad itu ditandai oleh beragam penemuan di bidang ilmu
pengetahuan. Pemikir terkemuka dari abad ini antara lain Galileo Galilei dan Isac Newton.
Merekalah penggerak roda kemajuan ilmu pengetahuan modern. Derasnya
perkembangan ilmu pengetahuan membawa pengaruh terhadap pandangan mengenai
perubahan masyarakat. Pandangan itu harus juga berdiri ilmiah. Artinya,
perubahan yang terjadi dalam masyarakat harus dapat dijelaskan secara masuk
akal (rasional). Caranya dengan menggunakan metode ilmiah. Francis Bacon
dari Inggris, Rene Decrates dari Prancis dan Wilhelm Leibnitz
dari Jerman merupakan sejumlah pemikir yang menekankan pentingnya metode ilmiah
untuk mengamati masyarakat. Pandangan mengenai perubahan masyarakat harus
berpedoman pada akal budi manusia.
4. Pengaruh Revolusi Prancis
Revolusi
Prancis menguatkan tersebarnya semangat liberalisme di segala bidang kehidupan,
baik ekonomi, politik, dan sosial. Khusus di bidang sosial, semangat
liberalisme muncul dalam kesadaran akan hak asasi manusia. Sementara di bidang
politik, semangat liberalisme tampak dari diterapkannya
hukum atau undang-undang. Akibat kesadaran akan hak asasi yang dijamin hukum,
struktur masyarakat lama mengalami perubahan total. Tidak ada lagi
pengistimewaan terhadap kalangan tertentu dalam masyarakat. Sebelumnya, rakyat
biasa digolongkan sebagai warga kelas tiga dibandingkan kaum rohaniwan dan
bangsawan. Sekarang, semua warga diakui sama secara hukum.
5. Pengaruh Revolusi Industri
Sejak
awal abad ke-18 M, mulai dari Inggris, terjadi perubahan besar dalam cara memproduksi yaitu dari tenaga manusia ke tenaga
mesin, dari industri rumah tangga ke industri pabrik dan produksi kecil ke produksi
massal. Perubahan ini membawa pengaruh pada kehidupan ekonomi, lalu kehidupan
masyarakat.