Search

08 July 2021

Pengertian Geografi

        Perkembangan ilmu geografi diawali dari pengenalan manusia terhadap alam lingkungannya, baik yang mendukung maupun yang menghalangi kehidupannya. Pengenalan itu tidak hanya terbatas pada wilayahnya sendiri, tetapi sampai ke wilayah lain. Hal itu didorong oleh upaya pemenuhan kebutuhan yang tidak terdapat di wilayahnya.
        Kegiatan perjalanan dan perdagangan dapat memperluas pengetahuan manusia mengenai daerah yang dikunjunginya, baik mengenai keadaan alam maupun budaya penduduknya. Pengetahuan itu mula-mula hanya disampaikan dalam bentuk cerita oleh seseorang kepada orang lain. Adapun untuk mempermudah perjalanan berikutnya, pengalaman perjalanan tersebut dilukiskan dalam bentuk peta.
        Makin luasnya pengenalan dan pengetahuan tentang wilayah, termasuk aspek alam dan budaya penduduk, selanjutnya cerita perjalanan disajikan dalam bentuk tertulis. Dokumen itulah yang kemudian menjadi dasar pengetahuan geografi.
        Kata geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geo dan graphein. Geo artinya bumi dan graphein artinya tulisan. Secara umum geografi berarti tulisan tentang bumi. Istilah geografi pertama kali dikenalkan oleh Eratosthenes dengan nama geographica.
        Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya itu disebut interaksi yang merupakan inti kajian geografi.
        Meskipun interaksi antara manusia dan lingkungannya merupakan inti kajian geografi, terdapat berbagai pendapat mengenai hakikat, konsep, dan batasan geografi, antara lain sebagai berikut.
a. Strabo (1970): Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakteristik tertentu, dan hubungan
    antarwilayah secara keseluruhan. Konsep itu disebut Natural Attribute of Place.
b. Preston E. James (1959): Geografi dapat dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena banyak
    bidang ilmu pengetahuan yang selalu dimulai dari keadaan permukaan bumi, kemudian beralih pada 
    studinya masing-masing.
c. Frank Debenham (1950): la berpendapat bahwa tugas ahli geografi adalah sebagai berikut.
    1) Mengadakan penafsiran terhadap persebaran fakta.
    2) Menemukan hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan fisik.
    3) Menjelaskan interaksi antara kekuatan manusia dan alam.
d. James Fairgrive (1966): Geografi memiliki nilai edukatif yang dapat mendidik manusia untuk 
    berpikir kritis dan bertanggung jawab terhadap kemajuan-kemajuan di dunia. la juga berpendapat 
    bahwa peta sangat penting untuk menjawab pertanyaan “di mana” dari berbagai aspek dan gejala 
    geografi.
e. Prof. Bintarto (1981): Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik 
    yang bersifat fisik maupun menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui           
    pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan 
    keberhasilan pembangunan.
f. Hasil Seminar dan Lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di Semarang, tahun 1988: Geografi 
    adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang 
    kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
        Meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai geografi, tetapi semua ahli geografi sepakat adanya elemen-elemen yang sama sebagai berikut.
a. Geografi termasuk ilmu pengetahuan bumi (earth science) dengan objek permukaan bumi sebagai 
    lingkungan hidup manusia dan lingkungan tempat manusia dapat mengubah dan membangunnya.
b. Geografi memperhatikan persebaran manusia dalam ruang dan hubungan manusia dengan 
    lingkungannya. Ahli geografi mencari cara untuk memanfaatkan ruang dan sumber daya dengan 
    menekankan pada pengelolaan wilayah yang tepat.
c. Dalam geografi terdapat unsur-unsur utama, antara lain jarak, interaksi, gerakan, dan persebaran.

07 July 2021

Kepribadian

a.    Pengertian Kepribadian

       Berikut ini beberapa pengertian kepribadian dari beberapa ahli yaitu:

-     Koentjaraningrat menyebut kepribadian sebagai susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.

-     Theodore M. Newcomb menyatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya. Hal ini berarti kepribadian menunjuk pada organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan secara khusus apabila ia berhubungan dengan orang lain atau ketika ia menanggapi suatu masalah atau keadaan.

-     Roucek & Warren mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi faktor-faktor biologis, psikologi dan sosiologi yang mendasari perilaku seorang individu. Faktor-faktor biologis tersebut meliputi keadaan fisik, sistem syaraf, watak seksual, proses pendewasaan individu yang bersangkutan, serta kelainan-kelainan biologis lainnya. Adapun faktor psikologis meliputi unsur temperamen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar, keinginan dsb. Faktor sosiologi yang mendasari atau mempengaruhi kepribadian seorang individu dapat berupa proses sosialisasi yang ia peroleh sejak kecil.

              Kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku manusia yang merupakan ciri-ciri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas seorang individu, mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan berbagai sifat yang khas apabila seseorang berhubungan dengan orang lain

b.   Komponen pokok kepribadian

              Setiap individu memiliki jiwa dan raga serta kepribadian dengan corak yang sangat berlainan antara individu yang satu dengan yang lain. Kondisi kepribadian seseorang dibangun atas tiga komponen pokok, yaitu cipta, rasa dan karsa.

-     Cipta

      Cipta adalah bagian jiwa manusia yang bersifat abstrak yang merupakan pusat intelegensi. Cipta manusia menjadi satu dengan penalaran yang diperoleh berdasarkan pengalaman dalam proses sosialisasi.

-     Rasa

      Rasa adalah bagian dari jiwa manusia yang merupakan pusat dari indra perasa. Bagian ini berfungsi sebagai pengukur dan pengendali perilaku manusia. Perasaan manusia dapat berbentuk keras, tetapi dapat juga berbentuk halus dan lembut, tergantung pada proses sosialisasi ketika seorang individu memperoleh pengalaman-pengalaman hidup. Semakin banyak pengalaman seseorang juga akan semakin memperkaya karsanya.

-     Karsa

      Karsa adalah bagian dari jiwa manusia yang bersifat abstrak yang merupakan pusat dari kehendak dan nafsu-nafsu. Yang dimaksud dengan kehendak adalah keinginan manusia atas dasar pemikiran berdasarkan kultur manusia, sedangkan nafsu adalah kehendak yang bersifat kodrat dan alamiah serta berlaku sama bagi semua orang. Contohnya adalah nafsu amarah, nafsu birahi atau nafsu makan, sedangkan kehendak contohnya adalah kehendak membangun rumah, berekreasi, berolahraga, membeli mobil, dan lain sebagainya. Kehendak nafsu jumlahnya relatif sedikit dan berlaku hampir sama bagi semua orang. Namun, kehendak berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lain, makin pandai seseorang maka makin banyak kehendaknya, makin kaya juga makin banyak kehendaknya.

c.    Faktor pembentuk kepribadian

-     Faktor pembawaan (warisan biologis)

      Merupakan faktor kodrati yang dibawa seorang anak dari genetikanya. Hal itu bisa saja terjadi dominan ayah, dominan ibu atau merupakan perpaduan bakat-bakat atau pembawaan-pembawaan dari ayah dan ibunya. Bentuk-bentuk warisan biologis dari leluhurnya bagi seorang individu adalah sebagai berikut:

1)   Inteligensia (Intellectual Quotient – IQ) yaitu kecakapan seseorang yang dapat diukur dengan sejumlah pertanyaan. IQ ini bisa mirip dengan ayah ataupun dengan ibu.

2)   Postur tubuh, yang meliputi warna kulit, raut muka, tinggi badan dan perawakan. Banyak di antara anak yang mempunyai postur tubuh mirip dengan ayahnya atau dengan ibunya, walaupun jenis kelaminnya berbeda ataupun sama dengan ayah atau ibunya.

3)   Sifat-sifat khas yang berasal dari orang tua, bisa dari ayah atau dari ibu, misalnya sifat pendiam, sifat pemarah, sifat familiar, sifat ekstrem atau normatif dan lain sebagainya.

      Menurut Mendel, faktor pembawaan ini bisa dominan ayah (XX) atau dominan ibu (YY) atau merupakan variasi ayah atau ibu (XY). Namun demikian, bisa juga seorang ibu yang memiliki kemampuan reproduksi sempurna dapat mewariskan faktor-faktor genetika yang sangat panjang yang berantai dari orang tua ibu atau nenek dan kakek ibu.

-     Faktor lingkungan

1)   Komunitas agama

      Yaitu lingkungan peribadatan yang dialami oleh seorang individu pada kegiatan sehari-hari.

      Contoh: himpunan remaja masjid, lingkungan pondok pesantren, lingkungan pemuda Kristiani, lingkungan biarawan Budha.

2)   Lingkungan keluarga

      Merupakan lingkungan yang pertama kali menjadi pondasi dalam proses pembentukan kepribadian seorang individu. Melalui pembinaan keluarga yang berupa pembinaan akhlak dan budi pekerti, kepribadian seseorang masih sangat efektif untuk dibentuk dan dipengaruhi karena belum banyak pengaruh yang berasal dari luar.

3)   Lingkungan pendidikan dan media massa

      Lingkungan pendidikan dan media massa telah menjadi satu faktor yang menyatu dalam mempengaruhi kepribadian seorang individu, sebab pada media massa juga terdapat muatan-muatan pendidikan yang berisikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dewasa ini materi pendidikan sangat sedikit yang bisa didapat dari media massa (majalah, koran, dan televisi), yang lebih banyak mempengaruhi seorang anak dari media massa adalah tentang gaya hidup (life style), pola hidup hedonisme, konsumerisme, sampai pada sekularisme dan berbagai hal negatif lainnya.

      Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan sekolah pada jalur formal, seperti TK, SD, SMP, SMU, dan perguruan tinggi. Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang cukup efektif mempengaruhi kepribadian karena di sekolah, anak jauh lebih patuh daripada di rumah dan di lingkungan sepermainan.

4)   Lingkungan masyarakat luas

      Yaitu lingkungan pergaulan dalam komunitas yang lebih besar dari keluarga atau kampung, mulai dari bentuk desa, kota, sampai ke lingkungan global, dunia.

      Lingkuan masyarakat luas bersifat memantapkan proses pembentukan kepribadian seorang individu, sekaligus menjadi basic type kepribadian secara umum bagi warga negara dalalm suatu negara.

d.   Tahap perkembangan kepribadian sebagai hasil sosialisasi

1)   Fase pertama

      Fase pertama yaitu fase yang terjadi di dalam lingkungan keluarga, yaitu ketika seseorang mulai dapat berinteraksi dengan orang-orang yang ada di dekatnya, terutama orang tua, kakak atau adik. Kepribadian terbentuk melalui proses yang sangat panjang, yaitu sejak lahir hingga akhir dewasa. Proses perkembangan kepribadian seseorang dimulai kurang lebih pada usia 1 – 2 tahun, yang ditandai dengan saat-saat seorang individu mengenal dirinya sendiri.

      Kepribadian seorang individu terdiri atas dua bagian penting, yaitu basic personality structure dan capital personality. Kedua bagian ini merupakan keseluruhan dari kepribadian seorang individu.

-     Basic personality structure berisi unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut attitudes, yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah dikemudian hari. Bagian ini merupakan perwujudan dari nilai sentral yang dimiliki seorang anak melalui proses sosialisasi dan merupakan bagian dasar dalam kepribadian seorang individu.

-     Capital personality yaitu unsur yang terdiri atas keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari. Anggapan-anggapan ini diperoleh berdasarkan pengalaman melalui pergaulan dengan orang lain.

2)   Fase kedua

      Fase kedua merupakan fase penyempurnaan atau pengembangan faktor-faktor warisan biologis yang dimiliki, yaitu ketika seseorang berumur ± 3 tahun. Pada fase ini seseorang cenderung meniru dan mengimplementasikan perilaku-perilaku orang lain, baik yang buruk maupun yang baik, tanpa adanya seleksi. Fase kedua merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seseorang. Dari titik inilah individu akan berusaha untuk mempertebal kepribadian dengan memperhatikan penilaian dari orang-orang yang ada disekitarnya.

3)   Fase ketiga

      Fase ketiga akan dialami oleh individu pada awal kedewasaan, yaitu antara umur 25 sampai 28 tahun. Suatu kepribadian akan cenderung tetap dengan perilaku-perilaku yang khas yang menjadi tanda kepribadian seseorang. Fase ketiga ini disebut juga fase kedewasaan, yaitu kurang lebih jika seseorang telah berusia antara 25 – 28 tahun.

e.    Tipe kepribadian

1)   Kepribadian Normatif (Normative Man)

      Kepribadian normatif terbentuk apabila seorang individu sejak kecil telah memperoleh pendidikan agama dan budi pekerti yang sangat kuat sehingga tipe kepribadian ini sangat berpedoman pada norma-norma. Salah satu cirinya adalah sangat sensitif apabila di lingkungan sosialnya terjadi penyimpangan perilaku. Pada dasarnya kepribadian normatif ialah kepribadian yang ideal di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya yang merupakan hasil proses sosialisasi pada masa sebelumnya. Tipe kepribadian ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang lain.

2)   Kepribadian Perbatasan (Marginal Man)

      Kepribadian tipe perbatasan seolah-olah tidak mempunyai bentuk yang pasti. Kepribadian perbatasan pada dasarnya merupakan kepribadian yang relatif labil, di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya sering kali mengalami perubahan sehingga seolah-olah seseorang mempunyai lebih dari satu corak kepribadian.

3)   Kepribadian Otoriter (Otoriter Man)

      Kepribadian otoriter terjadi apabila lingkungan sosial individu ketika masih kecil hingga dewasa menempatkan dirinya pada posisi atas, yaitu posisi yang selalu memimpin orang-orang lain yang ada disekitarnya. Kepribadian otoriter dapat terbentuk dari seasana keluarga yang sangat mendukung. Tipe kepribadian ini terbentuk melalui proses sosialisasi tertentu di mana individu tersebut lebih memenangkan kepentingan-kepentingan terhadap dirinya daripada kepentingan orang lain.


Media Sosialisasi

1)   Keluarga

Keluarga adalah media sosialisasi yang paling awal yang berada di dalam lingkungan satuan sosial yang terkecil (keluarga). Peranan keluarga sangat penting karena sejak bayi, seorang anak dikelola aspek psikis maupun aspek fisiknya oleh orang tua. Pada tahap ini berlangsung proses pendidikan budi pekerti, proses pendidikan sosial dan budaya yang sangat mendasar yang menyangkut hubungan antara anak dengan kakak, adik, ayah, ibu dan dengan anggota kerabat yang lain.

            Proses sosialisasi di dalam lingkungan keluarga disebut juga proses sosialisasi primer. Artinya, proses sosialisasi yang sangat mendasar dan penting bagi perkembangan perilaku seorang anak di dalam kehidupan sosialnya. Keluarga mempunyai enam fungsi utama dalam kehidupan seseorang, yaitu:

-     Fungsi pendidikan                               -    Fungsi pengawasan sosial

-     Fungsi ekonomi                                   -    Fungsi reproduksi

-     Fungsi sosialisasi                                 -    Fungsi penghubungan kerabat

Pola sosialisasi di keluarga

a.   Sosialisasi partisipatif (participatory socialization), ciri-cirinya:

-     Memberikan imbalan bagi perilaku yang baik

-     Hukuman dan imbalan simbolis

-     Otonomi anak

-     Komunikasi sebagai interaksi

-     Komunikasi verbal

-     Sosialisasi berpusat pada anak

-     Orang tua memperhatikan keinginan anak

-     Keluarga merupakan generalized order (kerjasama ke arah tujuan)

b.   Sosialisasi represif (repressive socialization), ciri-cirinya:

-     Menghukum perilaku yang keliru

-     Hukuman dan imbalan material

-     Kepatuhan anak

-     Komunikasi sebagai perintah

-     Komunikasi nonverbal

-     Sosialisasi berpusat pada orang tua

-     Anak memperhatikan keinginan orang tua

-     Keluarga merupakan significant order (dominasi orang tua)

2)   Lingkungan sekolah

      Sebagai kelanjutan dari proses sosialisasi di dalam keluarga adalah proses sosialisasi yang berlangsung di lingkungan sekolah. Proses sosialisasi pada media sekolah akan berfungsi sebagai berikut:

-     Meningkatkan pengetahuan dalam berbagi segi ilmu

-     Mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus sesuai dengan jenis dan jenjang sekolahnya

-     Mengembangkan bakat-bakat atau pembawaan yang dimiliki sejak lahir

-     Mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab terhadap tugas individu

3)   Teman sepermainan (play group)

      Salah satu media sosialisasi yang cukup efektif mempengeruhi proses perkembangan kedewasaan seorang anak adalah lingkungan teman sepermainan (play group). Play group ialah lingkungan pergaulan anak yang mempunyai usia relatif sebaya. Peranan positif kelompok bermain bagi perkembangan kepribadian anak, antara lain sebagai berikut:

-     Rasa aman dan rasa dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa si anak.

-     Perkembangan kemandirian anak akan tumbuh dengan baik dalam kelompok sepermainan.

-     Anak akan mendapat tempat yang baik bagi penyaluran perasaan ada dalam dirinya yang mungkin tidak didapatkan olehnya di rumah atau di lingkungan lain.

-     Dengan berinteraksi di dalam kelompok sepermainan, anak mendapat peluang untuk menumbuhkembangkan berbagai keterampilan sosial yang berguna bagi kehidupannya kelak.

-     Kelompok sepermainan biasanya mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong anak untuk bersikap lebih dewasa.

-     Dengan pergaulan dalam kelompoknya maka akan memupuk rasa solidaritas serta kesetiakawanan sosial si anak.

4)   Lingkungan kerja

      Setelah proses sosialisasi berlangsung di dalam lingkungan keluarga, lingkungan teman sepermainan dan lingkungan pendidikan, seorang anak telah memiliki bekal yang cukup untuk memasuki dunia kerja, walaupun kadang-kadang seorang anak masih canggung untuk melakukannya.

      Dalam lingkungan kerja, seorang individu akan berhadapan dengan macam-macam individu dengan kepribadian yang berbeda-beda pula. Melalui proses sosialisasi dalam lingkungan kerja ini, seorang individu benar-benar telah mempraktikkan melaksanakan penyesuaian diri dengan orang lain serta menjalankan peran sosial sesuai dengan kedudukannya.

5)   Media massa

      Media massa mempunyai peran cukup efektif dalam mempengaruhi proses pembentukan kepribadian seorang anak, terutama melalui televisi, film, koran, majalah ataupun tabloid. Seorang anak akan melakukan proses imitasi dan proses identifikasi terhadap figur dari tokoh-tokoh yang diidolakan. Melalui media massa, seorang individu akan mendapatkan banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai bagaimana peran yang harus dilakukan dalam mengemban tugasnya.

      Dalam hal konstruksi perkembangan sosial, media massa semestinya mempunyai fungsi atau akan berpengaruh dalam empat hal penting berikut ini:

a)   Fungsi edukasi/pendidikan

b)   Fungsi informasi

c)   Fungsi hiburan

d)   Fungsi komunikasi


Sosialisasi

a.   Pengertian Proses Sosialisasi

Yang dimaksud dengan proses sosialisasi pada hakekatnya adalah proses belajar berinteraksi bagi individu di tengah-tengah masyarakat. Dalam arti sempit proses sosialisasi merupakan proses mengenal lingkungan baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik ketika seseorang memasuki suatu lingkungan kehidupan baru. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan persiapan dalam melaksanakan proses pergaulan lebih lanjut dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi di lingkungan kehidupan yang baru tersebut.

b.   Tujuan Sosialisasi

·    Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam suatu masyarakat.

Setiap masyarakat memiliki sistem tata nilai yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, bagi seseorang yang memasuki lingkungan sosial baru perlu mengetahui sistem tata kelakuan, peradaban, tata nilai, serta adat istiadat yang berlaku di daerah itu. Dengan demikian, tidak akan mengakibatkan kegagalan dalam proses pergaulan.

·    Untuk mengetahui lingkungan sosial budaya suatu masyarakat.

Pada gilirannya, proses sosialisasi akan mendapatkan pengetahuan mengenai apa yang seharusnya diperbuat oleh seorang individu berdasarkan status yang dimiliki. Dengan demikain, seorang individu telah mendapatkan pengetahuan tentang lingkungan sosial dan budaya di dalam masyarakat dan dengan melalui proses sosialisasi inilah seorang individu dapat menyesuaikan diri di tengah-tengah masyarakat.

·    Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.

Dengan mengetahui lingkungan fisik dari suatu daerah seseorang akan mengenali arah, posisi, kedudukan, skema dan sub-sub area yang berada di lingkungan yang baru tersebut. Pengetahuan seperti ini akan sangat berguna bagi seseorang yang baru dilingkungannya untuk mendukung kelancaran proses menjalankan aktivitas atau pekerjaannya.

·    Untuk mengetahui lingkungan sosial.

Lingkungan sosial meliputi pihak-pihak yang mempunyai keterkaitan dengan aktivitas individu tersebut.

c.   Indikasi Keberhasilan Sosialisasi

·    Meningkatnya status yang sering kali diikuti dengan meningkatnya kepercayaan dan meningkatnya peranan sosial di lingkungan sosial yang baru.

·    Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial maupun lingkungan fisiknya.

·    Terintegrasi secara kuat dengan masyarakat setempat dalam setiap aktivitas yang ditandai dengan keakraban dan persaudaraan di antara individu tersebut dengan warga masyarakat yang lain.

·    Memiliki banyak teman atau relasi usaha yang akan mengakibatkan ketenteraman dalam pergaulan dan keberhasilan dalam karier dan usaha.


Kegunaan Sosiologi

1.   Kegunaan Sosiologi Dalam Pembangunan

Menurut Soerjono Soekanto, ilmu dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang bersifat sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika). Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannya dapat disebut sebagai ilmu. Oleh karena itu, proses pembangunan perlu dikaitkan dengan pandangan yang optimis untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Untuk mencapai taraf hidup lebih baik, diperlukan cara struktural dan spiritual.

1.   Struktural, yaitu perencanaan, pembentukan dan evaluasi lembaga kemasyarakatan, prosedur serta pembangunan fisik.

2.   Spiritual, yaitu pembentukan watak dan pendidikan, khususnya cara berfikir terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Prioritas utama dalam pembangunan adalah perbaikan ekonomi secara menyeluruh dan merata, baik pada lapisan elit maupun lapisan bawah.

Secara sosiologis, hasil pembangunan hendaknya dapat dinikmati seluruh masyarakat, terutama masyarakat miskin. Pembangunan semacam ini, biasanya terwujud pada kegiatan untuk melengkapi kebutuhan materiil, seperti pakaian, pangan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Pelaksanaan pembangunan ditujukan pada pemberantasan hal-hal yang berkaitan dengan kemiskinan yang umumnya melanda negara-negara yang sedang berkembang.

2.   Kegunaan Sosiologi Dalam Pemecahan Masalah Sosial

Masalah sosial adalah masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri. Pernyataan itu dikatakan Roucek dan Warren. Dengan demikian, masalah sosial adalah masalah yang melibatkan sejumlah besar manusia. Masalah yang tergolong masalah sosial murni adalah masalah yang berhubungan dengan terjadinya benturan antarinstitusi, rendahnya pengawasan sosial atau kegagalan menggunakan kaidah-kaidah teknologi yang tepat.

Adanya gejala masalah sosial, erat hubungannya dengan kurang terjaminnya kehidupannya ekonomi, kurang baiknya kesehatan masyarakat, merosotnya kewibawaan pemimpin dan adanya berbagai konflik dalam masyarakat. Disebut sebagai masalah sosial karena gejala dan peristiwa tersebut tidak dipahami oleh masyarakat serta tidak dapat diselesaikan masyarakat karena sebagain besar masyarakat tidak dapat mencapai kepuasan, akhirnya masyarakat menjadi frustasi.

Ada dua metode untuk menanggulangi masalah sosial, yaitu metode preventif dan metode represif.

1.   Metode preventif dilakukan dengan mengadakan penilaian yang mendalam terhadap gejala-gejala sosial.

2.   Metode represif adalah proses penanggulangan secara langsung terhadap masalah sosial yang sedang tumbuh dan dirasakan masyarakat.

3.   Kegunaan Sosiologi Dalam Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan masa depan secara ilmiah. Maksudnya untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah. Perencanaan sosial lebih bersifat preventif karena kegiatannya memberi pengarahan dan bimbingan sosial mengenai cara-cara hidup masyarakat yang baik. Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, tidak sedikit kemungkinan dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik yang positif maupun negative.

Kegunaan sosiologi dalam perencanaan sosial, antara lain:

1.   Sosiologi mengkaji perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf tradisional sampai pada taraf modern. Dengan demikian, dalam memasyarakatkan perencanaan sosial akan relatif mudah dilaksanakan.

2.   Sosiologi mengkaji hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hubungan antargolongan dalam masyarakat, dan mempelajari proses perubahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, cara kerja sosiologi mengenai rancangan terhadap masa depan relatif lebih dapat dipercaya.

3.   Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang objektif sehingga pelaksanaan perencanaan sosial diharapkan lebih sedikit penyimpangannya.

4.   Perencanaan sosial secara sosiologi merupakan alat untuk mengetahui perkembangan kehidupan masyarakat. Dengan demikian, perencanaan tersebut bermanfaat dalam menghimpun kekuatan.

Menurut Ogburn dan Nimkoff, suatu perencanaan sosial yang baik dan efektif adalah sebagai berikut:

1.   Adanya unsur modern dalam masyarakat yang mencakup suatu sistem ekonomi yang telah menggunakan uang, urbanisasi yang teratur, inteligensia di bidang teknik dan ilmu pengetahuan, dan sistem administrasi yang baik.

2.   Adanya sistem pengumpulan keterangan dan analisis yang baik.

3.   Terdapatnya sikap publik yang baik terhadap usaha-usaha perencanaan sosial tersebut.

4.   Adanya pemimpin ekonomi dan politik yang progresif.

4.   Kegunaan Sosiologi Dalam Penelitian

Metode-metode penelitian yang dimiliki sosiologi dapat diterapkan pada hampir semua aspek kehidupan manusia, terutama aspek yang berhubungan dengan interaksi antarindividu dalam kelompok masyarakat. Informasi sosiologi yang disajikan selalu diperoleh melalui metode-metode ilmiah yang sudah teruji dan tidak diragukan manfaatnya. Sosiologi secara kategoris ternyata tidak lebih rendah daripada ilmu-ilmu lainnya. Oleh karena itu, para ahli sosiologi banyak yang dilibatkan dalam bidang telaah ilmiah, khususnya sebagai pencari data. Para ahli sosiologi banyak yang dilibatkan untuk duduk dalam berbagai jabatan, seperti bidang personalia, hubungan kerja atau hubungan perburuhan dan pencemaran lingkungan.