A. Awal Masuknya Islam di Indonesia
1. Bukti-bukti Masuknya Islam di Indonesia
Kapan tepatnya Islam mulai masuk ke Indonesia dan
siapa yang membawa dan menyebarkannya masih diperdebatkan oleh para sejarawan.
Tetapi di luar itu, semua sepakat bahwa Islam mempunyai sejarah yang panjang di Nusantara dan telah sangat mempengaruhi kebudayaan masyarakat Indonesia secara
umum. Dari beberapa temuan yang diperoleh, sejumlah pakar sejarah yakin bahwa Islam telah masuk ke Indonesia di saat agama Hindu dan Budha masih sangat
berpengaruh sebagian besar kerajaan di Nusantara, bahkan ada temuan yang
menandakan Islam telah masuk di awal abad hijriah atau sekitar abad VII M.
Beberapa bukti tersebut antara lain adalah :
a. Surat Raja Kerajaan
Sriwijaya; Hal ini dikemukakan oleh Prof. Dr. Azyumardi Asra dalam
bukunya "Jaringan Ulama Nusantara". Dalam buku tersebut dijelaskan, Raja dari Kerajaan
Sriwijaya mengirim surat kepada kepada Umar bin Khattab yang berisi ucapan
selamat atas terpilihnya Umar bin Khattab sebagai pemimpin Islam menggantikan
Abu Bakar As Siddiq. Hal ini
menandakan Islam telah masuk ke wilayah Kerajaan Sriwijaya.
b. Makam Fatimah binti Maimun; Makam ini berada di Leran,
Gresik yang berangka tahun 1082. Hal ini membuktikan bahwa Islam telah masuk ke
wilayah Jawa pada abad ke-11.
c. Catatan Marcopolo (1291);
Ia menulis bahwa di Perlak agama Islam telah berkembang pesat, begitu juga di
wilayah Jawa.
d. Makam Sultan Malik As Saleh (1297); Sultan Malik As Saleh
adalah Raja Samudra Pasai. Di batu nisannya tertulis 639 H atau 1297.
e. Catatan Ibnu Battuta (1345); Ia menceritakan bahwa Raja Samudra Pasai telah menganut
agama Islam, sangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Di sana, Ibnu Battuta
bertemu dengan para pedagang dari India, Cina, dan para pedagang dari Jawa.
f. Catatan Ma-Huan (Cina); Ia menceritakan bahwa masyarakat
Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk Islam.
g. Buku Suma Oriental dari Tome Pires (Portugis) tahun 1512 – 1515;
Menurut Tome Pires, agama Islam berkembang di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan
Maluku.
2. Peran pedagang dan ulama dalam penyebaran agama Islam di Indonesia
a. Peran
pedagang
Seperti pada sejarah penyebaran ajaran Hindu dan
Budha, peran pedagang dalam
penyebaran agama Islam di tanah air sangat vital. Para pedagang asal timur
tengah dan India yang beragama Islam secara langsung maupun tidak langsung mulai menyebarkan Islam kepada
masyarakat. Bahkan dalam melakukan kegiatannya para pedagang yang
berasal dari Asia Barat tersebut tidak langsung pulang, melainkan menetap
sementara atau selamanya sehingga berdirilah
banyak perkampungan muslim (pekojan). Inilah salah satu faktor yang menjadikan ajaran
Islam berkembang cepat di
Indonesia
b. Peran
ulama
Di awal masuknya Islam di Indonesia para ulama
yang berdakwah untuk menyebarkan Islam datang langsung dari negeri-negeri Islam. Para ulama tersebut menyebarkan agama Islam di wilayah Indonesia,
baik di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Di Jawa para ulama yang terkenal sangat
berjasa dalam perkembangan Islam adalah Wali Sanga. Proses dakwah wali
sanga dilakukan dengan halus,
damai dan menyesuaikan kondisi masyarakat setempat. Para wali sanga tersebut
terdiri dari:
1) Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim), datang ke Jawa Timur pada tahun 1397,
wafat dan dimakamkan di Gresik tahun 1419. Beliau seorang ahli tata negara,
sehingga dalam menyebarkan ajaran Islam menggunakan cara yang halus, tidak
menentang adat istiadat penduduk asli yang masih memeluk agama Hindu ataupun
Budha.
2) Sunan
Ampel (Raden Rahmad) berasal dari Jeumpa, Aceh. Datang ke Jawa pada tahun
1421, wafat dan dimakamkan di Ampel Surabaya pada tahun 1494. Guna menyebarkan
ajaran Islam, beliau mendirikan pesantran Ampel Denta. Salah satu ajaran yang terkenal dari Sunan Ampel
adalah ajaran Mo Limo yaitu : emoh main (tidak berjudi), emoh ngombe (tidak minum-minuman keras),
emoh madat (tidak candu), emoh maling (tidak mencuri) dan emoh madon (tidak berzina).
3) Sunan
Bonang (R. Makdum Ibrahim), beliau adalah putra Sunan Ampel. Lahir tahun
1465, wafat tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban. Sunan Bonang menyiarkan Islam
di Tuban, Lasem, dan Rembang. Beliau pencipta Gending Durma dan Kitab Primbon
Sunan Bonang.
4) Sunan
Drajat (R. Syarifuddin), beliau
juga putra dari Sunan Ampel, berkedudukan di Drajat Sedayu, dekat
Surabaya. Dalam mengajarkan Islam pada masyarakat, beliau melakukan pendekatan
seni dan sosial. Dalam bidang seni, beliau menghasilkan karya, yaitu Gending
Pangkur.
5) Sunan
Giri (Raden Paku), berkedudukan di Giri, penyebarannya sampai Ternate,
Tidore. Beliau mengajarkan Islam melalui kesenian. Adapun hasil karyanya yang
cukup dikenal antara lain: Gending Asmorondono, Gending Pocung, Lir Ilir,
Cublak-cublak Suweng.
6) Sunan
Kudus (Ja’far Shodiq), berasal dari Palestina datang ke Jawa pada tahun
1436 dan berkedudukan di Kudu. Beliau menyebarkan Islam melalui pendekatan
seni. Beliau menciptakan Gending Maskumambang dan Mijil. Beliau juga telah
membangun Masjid Kudus.
7) Sunan
Kalijaga (R. Mas Said), berkedudukan di Kadilangu, Demak. Beliau seorang
pemimpin, pujangga, dan filosof. Dalam mengajarkan Islam, beliau menggunakan
media seni wayang. Beliau menciptakan Gending Dandang Gula dan Semarangan.
8) Sunan
Muria (R. Umar Said), putra Sunan Kalijaga yang berkedudukan di Lereng
Gunung Muria, penyebarannya di Colo. Beliau mengajarkan Islam kepada masyarakat
melalui pertunjukan seni. Hasil karyanya adalah Gending Sinom dan Gending
Kinanthi.
9) Sunan
Gunung Jati (Syarif Hidayatullah),
merupakan putra dari Syarif Abdulah
penguasa Palestina yang menikah dengan putri Prabu Siliwangi. Setelah remaja beliau memilih berdakwah ke
Pulau Jawa dengan berguru kepada Sunan Ampel. Beliau merupakan
peletak dasar-dasar Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Sunan
Gunung Jati wafat pada tahun 1570 , dan dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon Jawa
Barat.
Adapun peran
penting Wali Sanga dalam masyarakat antara lain:
a. Peranan wali di bidang agama adalah
menyebarkan agama melalui berbagai cara, yaitu: melalui pondok-pondok pesantren
yang mereka dirikan dan melalui dakwah.
b. Peranan wali di bidang sosial budaya adalah
memadukan budaya pra Islam ke dalam budaya Islam sehingga melahirkan corak
budaya baru sebagai asimilasi budaya.
c. Peranan wali di bidang politik adalah sebagai
pendukung keberadaan suatu kerajaan; Sebagai penasihat raja (Sunan Kalijaga);
Sebagai raja (Sunan Gunung Jati).
Selain Wali
sanga, masih banyak ulama lain, di
antaranya : Syekh Bentong menyebarkan Islam di Gunung Lawu; Sunan Bayat
menyebarkan Islam di Klaten; Syekh Majagung menyebarkan Islam di Jawa; Sunan
Sendang menyebarkan Islam di Jawa; Datuk Ri Bandang menyebarkan Islam di
Makassar; Datuk Sulaeman menyebarkan Islam di Sulawesi; Tuan Tunggang
Paranggang menyebarkan Islam di Kalimantan; Penghulu Demak menyebarkan Islam di
Kalimantan.
B. Perkembangan Islam di Indonesia
1. Cara penyebaran Islam di Indonesia
Penyebaran Islam dilaksanakan
lewat beberapa jalur, antara lain :
a. Perdagangan;
Sambil melakukan aktivitas perdagangan, para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia
menyebarkan Islam. Setelah selesai berdagang, para pedagang tersebut melakukan
ibadah di sekitar tempat berdagang. Banyak pedagang Indonesia yang tertarik
akan ajaran Islam, sehingga pedagang Indonesia yang kembali dari Malaka membawa
ajaran agama Islam yang didapatkan dari para pedagang Islam.
b. Perkawinan;
Pedagang Gujarat, Arab dan Persia yang menetap di Indonesia membentuk
perkampungan dan menikah dengan wanita-wanita Indonesia terutama putri
raja/bangsawan. Karena pernikahan itulah, banyak keluarga raja atau bangsawan
masuk Islam.
c. Pendidikan;
Para ulama dan wali mendirikan pondok pesantren, hingga banyak pemuda-pemuda
dari daerah dan dari berbagai macam kalangan masyarakat belajar agama Islam di
pesantren itu. Setelah selesai, mereka menyebarkan ajaran Islam dengan cara
mendirikan pondok pesantren di daerah masing-masing.
d. Dakwah;
Masyarakat Indonesia pada umumnya menerima agama Islam dengan cara mendengarkan
dakwah dari wali, ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat.
e. Akulturasi
kebudayaan; Untuk mempermudah dan mempercepat perkembangan agama Islam,
penyebaran agama Islam juga dilakukan melalui penggabungan dengan unsur-unsur
kebudayaan yang ada pada suatu daerah tertentu. Misalnya pertunjukan wayang
kulit, kesusastraan.
2. Faktor pendukung perkembangan Islam di Indonesia
Agama Islam berkembang cepat di
Indonesia, hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Secara alami, masyarakat Indonesia sudah mempunyai keyakinan akan adanya
kekuatan yang mengatur makhluk hidup. Jadi konsep ketuhanan akan mudah masuk ke
dalam pikiran masyarakat.
b. Masuk ke dalam Islam syaratnya sangat
mudah.
c. Dalam Islam tidak mengenal adanya kasta.
d. Para pedagang dan ulama yang berdakwah,
menyebarkan Islam dengan damai dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
e. Mulai melemahnya pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.
No comments:
Post a Comment