1. Organisasi pada masa awal pergerakan nasional
a. Budi Utomo
1) Latar
belakang pendirian
Pada tahun
1906, Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo mengadakan kampanye menghimpun dana
pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa yang bertujuan untuk
meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana.
Usaha tersebut dapat menarik simpati dari Dr. Sutomo salah satu mahasiswa
STOVIA Jakarta. Akhirnya berdirilah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dengan
ketuanya Dr. Sutomo.
2) Tujuan mula
Budi Utomo
Asal mula
berdirinya Budi Utomo bukanlah partai politik karena tujuannya ingin
memperbaiki pelajaran di sekolah-sekolah, mengumpulkan dana untuk memfasilitasi
anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri,
menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi
cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
3) Kepengurusan
Budi Utomo (Kongres I tanggal 3-5
Oktober 1908)
a) Ketua (Raden Tumenggung Aryo Tirtokusumo)
b) Wakil ketua (Wahidin Sudirohusodo)
c) Sekretaris I (Mas Ngabei Dwidjosewojo),
sekretaris II (Raden Sostrosugondo)
d) Bendahara (Raden Mas Panji Gondoatmodjo)
e) Komisaris (Raden Mas Arjo Surdiputro, R.M.
Panji Gondosumarjo, R. Djojosubroto, Dr. Cipto Mangunkusumo).
Seiring
dengan perkembangan zaman, Budi Utomo menjadi sebuah partai politik sejak tahun
1915. Yang menjadikan Budi Utomo sebagai partai politik yaitu: Melancarkan isu
pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain; Menyokong gagasan
wajib militer pribumi; Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk
pertahanan Hindia; Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat); Membentuk Komite
Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Kelahiran
Budi Utomo merupakan tonggak awal kebangkitan bangsa, oleh sebab itu setiap
tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
b. Sarekat Islam (SI)
1) Latar
belakang pendirian
Awal
berdirinya organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Organisasi ini
didirikan oleh H. Samanhudi pada tahun 1911 di Solo. SDI bergerak dalam bidang
agama dan perdagangan. Dalam bidang agama yaitu menitikberatkan pelaksanaan
syariat Islam. Sedang dalam bidang perdagangan yaitu membela kepentingan
pedagang Islam dari dominasi pedagang Cina.
2) Strategi
Sarekat Islam
Agar
jumlah anggota semakin besar tidak hanya pegadang Islam saja, maka pada tanggal
18 September 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI) yang
tokoh-tokohnya yaitu HOS Cokroaminoto, Abdul Muis, H. Agus Salim dan Suryo
Pranoto. Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan
surat kabar yang bernama Oetoesan Hindia.
3) Tujuan
Sarekat Islam
a) Mengembangkan jiwa berdagang.
b) Memberi bantuan kepada anggotanya yang
mengalami kesukaran.
c) Memajukan pengajaran dan semua yang
mempercepat naiknya derajat bumi putera.
d) Menentang pendapat-pendapat yang keliru
tentang agama Islam.
e) Tidak bergerak dalam bidang politik dan
menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong-menolong.
4) Perpecahan
dalam Sarekat Islam
Pada tahun
1920 Sarekat Islam pecah menjadi dua, yakni: SI Putih, yang berhaluan
nasionalisme dan Islam. Berpusat di Yogyakarta dan dipimpin oleh H. Agus Salim,
HOS Cokroaminoto, Abdul Muis dan Suryo Pranoto; SI Merah, yang berhaluan
komunis. Berpusat di Semarang dan dipimpin oleh Semaun dan Darsono.
Dalam
kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam
(PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi
Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia
(PKI).
c. Indische Partij (IP)
1) Latar
belakang pendirian
Indische
Partij berdiri tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh Tiga Serangkai yaitu
Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Pendirian
Indische Partij dimaksudkan untuk menggantikan Indische Bond yang merupakan
organisasi orang-orang Indo dan Eropa di Indonesia.
2) Tujuan Indische Partij
Indische
Partij merupakan organisasi pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di
bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka. Hal ini dapat diketahui
dari tujuannya yaitu membangunkan patriotisme semua indiers terhadap tanah air
dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Cita-cita dan tujuan
Indische Partij disebarluaskan melalui majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar
De Express terbitan Bandung.
3) Langkah Indische Partij dalam mempersiapkan kemerdekaan
Melalui
sarana surat kabar De Express, tokoh Indische Partij mengkritik pemerintah
Belanda. Kritikan pertama dari
Suwardi Suryaningrat yang menulis artikel dengan judul ‘Als ik een Nederlander was’ (Andaikan aku seorang Belanda), membuat pemerintah Belanda menangkapnya
dan diasingkan ke Belanda. Kritikan berikutnya dari Dr. Cipto Mangunkusumo,
yang menulis artikel melalui De Express pada tanggal 26 Juli 1913 dengan berjudul Kracht of Vrees? (berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan
ketakutan). Artikel
tersebut membuat pemerintah Belanda
marah dan mengasingkannya ke Belanda. Kejadian ini membuat Douwes Dekker ikut
mengkritik pemerintah Belanda pada tanggal 5 Agustus 1913, juga melalui De
Express dengan judul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi
Soerjaningrat (Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi
Soerjaningrat). Akhirnya Douwes Dekker juga ikut ditangkap dan diasingkan ke
Belanda.
Karena
sakit yang dideritanya maka pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia
sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada
tahun 1919. Dalam perkembangannya, Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke
Suriname, Amerika Latin.
2. Organisasi pada masa radikal
a. Perhimpunan Indonesia (PI)
1) Latar
belakang pendirian
Organisasi
ini pada awalnya bernama Indische Vereniging, yang didirikan di Belanda pada
tahun 1908 oleh Sultan Kasayangan dan Noto Suroto. Tujuan semula dari
organisasi ini yaitu memajukan kepentingan bersama atas orang-orang yang
berasal dari Indonesia, baik yang pribumi maupun nonpribumi yang berada di
Belanda.
Kedatangan tokoh-tokoh yang diasingkan di Belanda
seperti Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat dan Muhammad Hatta sangat
mempengaruhi perkembangan Indische Vereniging. Dalam perkembangannya organisasi
ini menjadi lebih radikal dan mengarah pada politik. Untuk mempropagandakan
programnya organisasi ini menerbitkan majalah Hindia Poetra. Akhirnya pada
tanggal 3 Februari 1925, Indische
Vereniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) yang bersemboyan
“Indonesia Merdeka”. Dan majalah Hindia Poetra juga berubah nama menjadi
Indonesia Merdeka.
2) Strategi Perhimpunan Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan
Untuk memperjuangkan Indonesia merdeka, Perhimpunan
Indonesia banyak mengikuti pertemuan internasional seperti Kongres ke-6 Liga
Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Paris pada tahun 1926 serta Kongres
I Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin pada tahun
1927. Keberadaan Perhimpunan Indonesia memiliki arti penting karena organisasi
ini juga membuka keanggotaannya untuk semua mahasiswa yang ada di Hindia
Belanda.
b. Partai Komunis Indonesia (PKI)
1) Latar
belakang pendirian
Organisasi awalnya bernama Indische Social Democratische
Vereeniging (ISDV) yang berdiri pada tanggal 4 Mei 1914. Dan tokoh-tokoh dari Belanda diantaranya
Sneevliet, Brandsteder, H.W Dekker, P. Bergsma.Sedang tokoh-tokoh dari Indonesia diantaranya Darsono, Semaun.
Pada tanggal 23 Mei 1920, ISDV diubah menjadi Partai
Komunis Indonesia (PKI). Di mana kepengurusannya yaitu Semaun (ketua), Darsono
(Wakil Ketua), Bergsma (Sekretaris), H.W. Dekker (bendahara) dan anggotanya
terdiri dari Baars, Sugono. Untuk dapat menarik simpati dari rakyat, para tokoh
PKI menyusup ke tubuh Sarekat Islam, sehingga Sarekat Islam pecah menjadi SI
Putih dan SI Merah.
2) Strategi PKI
dalam mencapai tujuannya
Kedudukan PKI semakin kuat setelah kedatangan Alimin
dan Muso dari Moskow. Sehingga pada tanggal 13 November 1926, PKI mengadakan
pemberontakan di Banten, Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pemberontakan tersebut dapat ditumpas pemerintah kolonial Belanda dan pemimpin PKI banyak yang dibuang ke Digul dan
Tanah Merah. Dampak dari pemberontakan PKI ini yaitu adanya pengekangan dan
penindasan yang luar biasa dari pemerintah Belanda terhadap pejuang pergerakan
nasional hingga sama sekali tidak punya ruang gerak.
c. Partai Nasional Indonesia (PNI)
1) Latar
belakang pendirian
Partai
Nasional Indonesia didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh Ir.
Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr.
Budiarto dan Mr. Soenarjo. Tujuan dari PNI yaitu mencapai Indonesia merdeka
dengan usaha sendiri.
2) Kepengurusan
PNI
Dalam
kongres PNI pertama di Surabaya tanggal 27-30 Mei 1928 ditetapkan
kepengurusannya sebagai berikut:
a) Ketua (Ir. Soekarno)
b) Sekretaris/bendahara (Mr. Iskaq
Tjokrohadisurjo)
c) Anggota (Dr. Samsi, Mr. Sartono, Mr.
Soenarjo, Ir. Anwari).
Dalam
kongres tersebut juga menetapkan susunan kerja yaitu mencapai Indonesia merdeka, memajukan perekonomian
nasional dan memajukan pelajaran nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI
menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan
nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan nonkooperasi.
Dengan dasar perjuangannya adalah marhaenisme.
Karena
dinilai membahayakan pemerintah kolonial Belanda, maka tokoh PNI diantaranya
Soekarno, Gatot Mangkuprodjo, Markum Sumodiredjo dan Supriadinata ditangkap dan
dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan, Soekarno
melakukan pembelaan dengan judul “Indonesai Menggugat”. Karena penangkapan para
tokohnya membuat PNI semakin goyah sehingga dalam kongres luar biasa pada
tanggal 25 April 1931 di Jakarta, PNI dibubarkan dan hal ini menimbulkan pro
dan kontra. Kejadian ini membuat Mr. Sartono mendirikan Partindo. Sedangkan Mohammad
Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan Pendidikan Nasional Baru (PNI Baru).
3. Organisasi pada masa moderat
a. Persatuan Bangsa Indonesia (PBI)
Pada awal
berdirinya bernama Indonesische Studie Club Surabaya oleh Dr. Sutomo pada tahun 1924 kemudian berubah menjadi
Persatuan Bangsa Indonesia tahun 1930.
b. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Pada
tanggal 25 Desember 1935 di Solo, Dr. Sutomo mendirikan Parindra yang merupakan
penggabungan antara PBI dan Budi Utomo. Tujuan organisasi ini yaitu membentuk
Indonesia Raya atas dasar nasionalisme Indonesia. Tokoh Parindra diantaranya Dr.
Sutomo, M. Husni Thamrin dan
Wuryadiningrat. Anggota Parindra ada yang duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat
Belanda). Dan melalui Volksraad, M. Husni Thamrin memperjuangkan nasib rakyat kecil.
c. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerindo didirikan tanggal 24 Mei 1937 di Jakartaoleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Dr. A.K. Gani, Mr. Moh.
Yamin, Mr. Amir Syarifuddin, Mr. Sartono, Mr. Wilopo, Sanusi Pane. Tujuan Gerindo antara lain: mencapai
Indonesia merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia, mengangkat kesejahteraan kaum
buruh dan memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
d. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
GAPI berdiri tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta. GAPI gabungan dari Parindra,
Gerindro, Pasundan, Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Partai
Katolik. Tokoh-tokoh GAPI antara lain M. Husni Thamrin, Abikusno Tjokrosujono,
Amir Syarifuddin dan Kasimo. Faktor pendorong berdirinya GAPI ialah: Petisi
Sutarjo yang menuntut agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri, tetapi
ditolak oleh Belanda; Menjelang
Perang Dunia II situasi dunia genting; Sikap pemerintah kolonial Belanda yang kurang memperhatikan
kepentingan bangsa Indonesia.
Dalam konferensi pertama pada tanggal 4 Juli 1939
telah mencanangkan semboyan yaitu Indonesia Berparlemen. GAPI mengeluarkan
pernyataan yang dikenal dengan nama Manifesto GAPI dan isinya menyerukan kepada
semua pihak untuk waspada terhadap bahaya fisis.
4. Organisasi kepemudaan
Organisasi
kepemudaan banyak berdiri di daerah-daerah diantaranya Sarekat Pasundan (1914
di Jakarta), Trikoro Darmo (7 Maret 1915 di Jakarta), Jong Sumatranen Bond (9
Desember 1917 di Jakarta), Jong Java (12 Juni 1918), Jong Ambon (1918), Jong
Celebes (1919), Jong Islamiaten Bond (1 Januari 1925).
5. Organisasi bercorak keagamaan
a. Muhammadiyah
Didirikan
oleh KH. Ahmad Dahlan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuannya
mengembalikan ajaran Islam sesuai sunah Rasul, meningkatkan pengetahuan agama
di kalangan anggotanya.
b. Nahdlatul Ulama (NU)
Didirikan
oleh KH. Hasyim Asy’ari tanggal 31 Januari 1926 di Jawa Timur. Tujuannya
mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam, memerhatikan sosial ekonomi dalam
rangka pengabdian pada umat manusia.
c. Pergerakan Tarbiyah Islam (Perti)
Didirikan
oleh Syeh Sulaiman Ar Rusli tahun 1928 di Sumatra Barat. Tujuannya meningkatkan
kecerdasan dan persatuan umat Islam, menegakkan syari’at Islam berdasar mahzab
Syafi’i.
d. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Berdiri
pada November 1937 di Surabaya, dan tokoh-tokohnya yaitu KH. Wahid Hasyim, KH.
Mas Mansyur, Sukirman, Sastrodiwirjo.
No comments:
Post a Comment