A. Manifesto Politik 1925
Manifesto
politik merupakan pandangan terbuka tentang negara. Organisasi
pergerakan yang secara langsung dan terbuka berani memberikan pernyataan
politik yang berkaitan dengan nasib dan masa depan bangsa Indonesia adalah
Perhimpunan Indonesia (PI). Konsep-konsep manifesto politik Perhimpunan
Indonesia sebenarnya telah dimunculkan dalam Majalah Hindia Poetra, edisi Maret
1925. Akan tetapi, Perhimpunan Indonesia baru menyampaikan manifesto politiknya
secara tegas pada awal tahun 1925 yang kemudian dikenal sebagai Manifesto
Politik 1925 yang isinya sebagai berikut
“Masa
depan rakyat Indonesia secara eksklusif dan semata-mata terletak dalam bentuk
suatu pemerintahan yang bertanggung jawab kepada rakyat dalam arti yang
sebenar-benarnya, karena hanya bentuk pemerintahan yang seperti itu saja yang
dapat diterima oleh rakyat. Setiap orang Indonesia haruslah berjuang untuk
tujuan ini sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya, dengan kekuatan dan
usahanya sendiri, tanpa bantuan dari luar. Setiap pemecah belahan kekuatan
bangsa Indonesia dalam bentuk apapun haruslah ditentang, karena hanya
dengan persatuan yang erat di antara putra-putra Indonesia saja yang dapat
menuju kearah tercapainya tujuan bersama”
Manifesto politik 1925 mengandung 4 pokok pikiran:
- Kesatuan nasional mengesampingkan perbedaan dan membentuk aksi melawan Belanda serta menciptakan Negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.
- Solidaritas yang disebabkan adanya pertentang kepentingan di antara penjajah dan terjajah serta tajamnya konflik diantara kulit putih dan sawo matang.
- Non kooperasi yaitu kemerdekaan bukan hadiah Belanda, tetapi harus direbut dengan mengandalkan kekuatan sendiri.
- Swadaya mengandalkan kekuatan sendiri dengan mengembangkan struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi, dan hukum yang sejajar dengan administrasi kolonial.
B. Kongres Pemuda tahun 1928
1. Kongres Pemuda I (30 April-2 Mei 1926 di Jakarta yang dipimpin oleh
Muhammad Tabrani)
a. Tujuan kongres ini adalah menanamkan
semangat kerja sama antarperkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi
persatuan Indonesia.
b. Dalam kongres ini dihasilkan keputusan
berupa
1) Mempersiapkan kongres pemuda Indonesia.
2) Mengusulkan semua perkumpulan pemuda agar
bersatu dalam organisasi pemuda Indonesia.
2. Kongres Pemuda II (27-28 Oktober 1928 di Jakarta) atas inisiatif dari PPPI dan Pemuda
Indonesia
a. Di mana
struktur dari kongres ini yaitu
1) Pemimpin kongres Sugondo Joyopuspito.
2) Wakil ketua Djoko Marsaid.
3) Sekretaris M. Yamin.
4) Bendahara Amir Syarifudin.
5) Pembantu Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk,
J. Leimena, Rohjani.
b. Wakil-wakil
yang menghadiri kongres
1) Wakil-wakil organisasi pemuda (Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, PI, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Batak, Jong
Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan PPPI).
2) Wakil-wakil dari partai (BU, PNI, PSI).
3) Pejabat-pejabat pemerintah Belanda.
c) Keputusan dari kongres ini antara lain
1) Mengucapkan ikrar Sumpah Pemuda (Satu Nusa,
Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia).
2) Lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai
lagu kebangsaan Indonesia.
3) Sang Merah Putih ditetapkan menjadi
bendera Indonesia.
4) Semua organisasi pemuda dilebur menjadi
satu dengan nama Indonesia Muda.
C. Kongres Perempuan
Pergerakan
kaum perempuan dipelopori R.A. Kartini dari Jepara yang mendirikan Sekolah
Kartini. Setelah itu banyak perkumpulan-perkumpulan yang menjadi wadah aspirasi
permpuan diantaranya Putri Mardiko di Jakarta, Kautaman Istri di Tasikmalaya,
Kartinifonds (Dana Kartini) di Semarang, Aisyah di Yogyakarta, Budi Wanita di
Solo, Istri Sedar di Bandung, Ina Tani di Ambon, Wanita Rukun Santosa di
Malang, Percintaan Ibu kepada Anak Turunnya di Minahasa.
Dalam
perkembangannya, perkumpulan-perkumpulan tersebut melaksanakan kongres yang
dikenal dengan “Kongres Perempuan Indonesia” yaitu:
1. Kongres Perempuan I, diselenggarakan tanggal
22-25 Desember 1928 di Jakarta. Dalam kongres ini membentuk Perserikatan
Perempuan Indonesia (PPI)yang dipimpin Ny. Sukanto. Tujuan kongres ini yaitu
memberi penerangan dan perantaraan kepada perkumpulan yang menjadi anggotanya,
membantu dana belajar pada anak perempuan yang pandai, mengadakan kursus
kesehatan, menentang perkawinan anak-anak, dan memajukan kepanduan bagi
anak-anak perempuan. Dalam kongresnya pada tanggal 28-31 Desember 1929 di
Jakarta, mengubah nama PPI menjadi PPII (Perikatan Perhimpunan Istri
Indonesia).
2. Kongres Perempuan II, diselenggarakan tanggal
20-24 Juli 1935 di Jakarta yang dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro. Dalam
kongres ini membicarakan tentang masalah persatuan di kalangan wanita, masalah
wanita dalam keluarga, masalah poligami dan perceraian serta sikap yang harus
diambil terhadap kolonialisme Belanda.
3. Kongres Perempuan III, diselenggarakan tanggal
23-28 Juli 1938 di Bandung yang dipimpin oleh Ny. Emma Puradireja. Dalam
kongres ini membicarakan tentang Undang-undang perkawinan modern, persoalan
politik yang kaitannya dengan hak pilih dan dipilih bagi kaum wanita untuk
posisi Badan Perwakilan (volksraad), dan menetapkan tanggal 22 Desember
diperingati sebagai Hari Ibu.
No comments:
Post a Comment