A. Perbedaan Perspektif Antarkelompok Sekitar
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1. Perbedaan golongan tua dengan golongan muda
Akibat dari
kota Hirosima di bom atom pada tanggal 6 Agustus 1945 dan kota Nagasaki pada
tanggal 9 Agustus 1945 oleh Amerika Serikat, Jepang menyatakan menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Penandatanganan penyerahan
Jepang kepada Sekutu dilakukan di atas geladak kapal perang milik Amerika
Serikat “Missouri” yang berlabuh di teluk Tokyo pada tanggal 2 September 1945.
Panandatanganan penyerahan itu dari pihak Jepang diwakili Kaisar Hirohito
sedang pihak Sekutu (Amerika Serikat) diwakili Jenderal Douglas Mc Arthur.
Kekalahan
Jepang atas Sekutu diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio, hal ini membuat
situasi di Indonesia dalam kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Berita kekalahan
Jepang ini diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang
termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto,
Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, Chaerul Saleh dan lainnya. Hal ini membuat
para pemuda mendesak golongan tua diantaranya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi kedua tokoh tersebut
menolak desakan dari golongan muda. Karena beralasan bahwa proklamasi
kemerdekaan harus dirapatkan dahulu dengan anggota PPKI yang lain seperti Mr.
Achmad Soebardjo, Mr. Muh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa
Kusumasumantri sehingga tidak menyimpang dari rencana yang telah disetujui
pemerintah Jepang.
Karena sikap
dari golongan tua ini, maka pada tanggal 15 Agustus 1945 malam hari golongan
muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan
Timur Jakarta. Rapat tersebut diketuai oleh Chaerul Saleh dan memutuskan
tentang penegasan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan
dan janji kemerdekaan dengan Jepang harus diputus, dan sebaliknya perlu
mengadakan perundingan dengan Soekarno-Hatta agar kelompok pemuda
diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Setelah
rapat selesai Wikana dan Darwis menemui Ir. Soekarno guna menyampaikan semua
hasil rapat. Akan tetapi Ir. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan
kemerdekaan. Kuatnya pendirian Soekarno untuk tidak memproklamasikan
kemerdekaan tanpa melibatkan PPKI menyebabkan golongan muda berpikir kalau
golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya para pemuda mengadakan
rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16
Agustus 1945. Dan akhirnya para pemuda membawa Soekarno-Hatta ke
Rengasdengklok.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Rengasdengklok
adalah kota kecil yang letaknya di sebelah utara Kerawang yang merupakan kota
Kawedanan tempat kedudukan sebuah Cudan (Kompi Tentara PETA). Pemilihan
Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada
perhitungan militer. Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta
terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama. Secara
geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan dapat
dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang
hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun
dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan para pemuda mengamankan
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok yaitu:
a. Agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh
Jepang.
b. Mendesak keduanya supaya segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan
Jepang.
Para pemuda yang membawa
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok yaitu Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco
Singgih.
Untuk
mengakhiri permasalahan ini, Achmad Soebardjo menuju Rengasdengklok bersama
Sudiro, dan Yusuf Kunto. Dalam pertemuan antara Achmad Soebardjo dan Wikana
dihasilkan kesepakatan yaitu kemerdekaan akan dilaksanakan pada tanggal 17
Agustus 1945 sebelum jam 12.00 WIB. Atas dasar kesepakatan itu, kemudian Achmad
Soebardjo meyakinkan Soekarno-Hatta bahwa Jepang telah benar-benar menyerah.
Golongan pemuda juga diyakinkan oleh Achmad Soebardjo untuk melepaskan
Soekarno-Hatta dan kembali ke Jakarta dengan jaminan proklamasi kemerdekaan
pada keesokan harinya (17 Agustus 1945).
B. Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1. Perumusan teks proklamasi
Setiba di
Jakarta ketiga tokoh yakni Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo menuju ke
kediaman Laksamana Muda Maeda di jalan Imam Bonjol No. 1 untuk meminta izin
rumahnya dijadikan tempat rapat PPKI. Dalam rapat tersebut juga dihadiri dari
golongan muda seperti Sayuti Melik, Sukarni, dan Sudiro.
Perumusan
teks proklamasi dikemukakan oleh tiga tokoh yaitu
a. Achmad
Subardjo mengusulkan konsep kalimat pertama yang berbunyi: “Kami rakyat
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”.
b. Soekarno
menuliskan konsep kalimat kedua yang berbunyi: “Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan, dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang
secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.
c. Moh.
Hatta menggabungkan kedua kalimat di atas dan disempurnakan sehingga berbunyi
seperti teks proklamasi yang kita miliki.
Setelah
rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan dan dibaca berulang kali. Kemudian
Sukarni mengusulkan agar Soekarno-Hatta untuk menandatangani teks proklamasi
atas nama bangsa Indonesia. Selanjutnya Soekarno minta kepada Sayuti Melik
untuk mengetik naskah tulisan tangan tersebut. Setelah diketik ada
perubahan-perubahan sebagai berikut:
No.
|
Proklamasi tulisan tangan
|
Proklamasi setelah diketik
|
1.
|
Proklamasi
|
PROKLAMASI
|
2.
|
Tempoh
|
Tempo
|
3.
|
Wakil-wakil bangsa Indonesia
|
Atas nama bangsa Indonesia
|
4.
|
Djakarta 17-8-05
|
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '05
|
Pada naskah tertulis tahun ‘05
yang merupakan singkatan tahun Jepang 2605 yang sama dengan 1945 M.
2. Pembacaan teks proklamasi
Pembacaan
teks proklamasi kemerdekaan direncanakan akan dibacakan di Lapangan Ikada,
namun pada saat yang bersamaan pasukan Jepang telah mengepung dengan ketat
Lapangan Ikada. Untuk menghindari bentrokan antara rakyat dan pasukan Jepang
maka pembacaan teks proklamasi kemerdekaan diselenggarakan di rumah Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.
Sejak pagi hari
tanggal 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta telah diadakan berbagai persiapan untuk menyambut Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Tokoh-tokoh yang hadir dalam pembacaan teks proklamasi
diantaranya lain Ki Hajar Dewantara, Abikoesno Tjokrosoejoso, Buntaran
Martoatmodjo, A.A. Maramis Latuharhary, Anwar Tjokraminoto, Otto
Iskandardinata, K.H. Mas Mansyur, Sayuti Melik, Dr. Moewardi, A.G.
Pringgodigdo, dan Soewiryo. Selain itu, rakyat pun telah berdatangan dan memadati
kediaman rumah Soekarno untuk mengikuti kegiatan monumental. Setelah semua
pihak yang dianggap berkepentingan hadir, maka teks proklamasi pun dibacakan
pada pukul 10.00 WIB.
Dalam
pembacaan teks proklamasi dilaksanakan upacara terlebih dahulu, dan taat urutan
upaca tersebut sebagai berikut:
a. Sambutan
oleh Ir. Soekarno
Saudara-saudara sekalian!
Saja sudah
minta saudara-saudara hadir di sini untuk menjaksikan satu peristiwa maha
penting dalam sedjarah kita.
Berpuluh-puluh
tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita.
Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai
kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turun, tetapi djiwa kita tetap menudju ke
arah tjita-tjita.
Djuga di dalam
djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak
henti-henti. Di dalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan
diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnja, tetap kita menjusun tenaga kita
sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan kita sendiri.
Sekarang
tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di
dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam
tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja.
Maka kami,
tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia,
dari seluruh rakjat Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat,
bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara!
Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi kami.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini
menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan
kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8
tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia,
Soekarno/Hatta
Demikianlah, saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi jang
mengikat tanah air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menjusun
Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, merdeka, kekal abadi.
Insja Allah, Tuhan memberkati
kemerdekaan kita itu!
b. Pengibaran
bendera merah putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat diiringi lagu Indonesia
Raya.
c. Pemberian
sambutan oleh dua orang panitia, diantaranya adalah walikota Jakarta yaitu
Soewiryo dan Dr. Moewardi.
No comments:
Post a Comment