Pemberontakan ini didalangi oleh Letkol. Ventje Sumual yang terjadi di Sulawesi Utara dan Tengah. Usaha-usaha pemberontakannya yaitu mengikrarkan Permesta tanggal 1 Mei 1957 oleh Letkol Ventje Sumual, gubernur Makassar bersama tokoh masyarakat; memengaruhi rakyat dan Angkatan Perang RI (APRI); adanya dukungan dari Letkol. Somba (Kodam Sulawesi Utara dan Tengah) mendukung PRRI pada tanggal 17 Februari 1957.
Usaha-usaha
pemerintah dalam mengatasi gerakan Permesta adalah: Penyelesaian dengan cara damai
dengan mengirim misi yang dipimpin Maengkon, tetapi tidak berhasil; Menggelar
operasi penumpasan yang diberi nama Operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol.
Rukminto Hadiningrat.
Operasi
ini terdiri dari beberapa bagian, antara lain: Komando operasi Merdeka yang
dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat; Operasi Saptamarga I dipimpin Letkol
Sumarsono, menumpas Permesta di Sulawesi Utara bagian Tengah; Operasi
Saptamarga II dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan sasaran Sulawesi Utara
bagian Selatan; Operasi Saptamarga III dipimpin Letkol Magenda dengan sasaran
kepulauan sebelah Utara Manado; Operasi Saptamarga IV dipimpin Letkol Rukminto
Hendraningrat, menumpas Permesta di Sulawesi Utara; Operasi Mena I dipimpin
Letkol. Pieters dengan sasaran Jailolo; Operasi Mena II dipimpin Letkol. KKO Hunhols dengan sasaran
merebut lapangan udara Morotai di sebelah utara Halmahera.
Pada
pertengahan tahun 1961, Permesta dapat dipadamkan. Ternyata PRRI dan Permesta
mendapat dukungan dari seorang AURI yaitu Letnan Udara II Daniel Alexander
Maukar. Pada tanggal 9 Maret 1960 dengan pesawat MIG 17, Istana Bogor, Istana
merdeka dan komplek Tanjung Priok ditembaki Daniel Alexander Maukar. Tindakan
Maukar disusul oleh gerakan beberapa anggota Kavaleri Bandung pada tanggal 27
Maret 1960. Tujuannya untuk memaksa pemerintah mengadakan perundingan dengan
pihak Permesta. Pada tanggal 16 Juli 1960, Maukar dijatuhi hukuman mati oleh
Mahkamah Angkatan Udara.
No comments:
Post a Comment