Search

25 May 2015

Jepang di Indonesia


A. Kedatangan Jepang di Indonesia
Setelah menggempur Pearl Harbour di Kepulauan Hawai pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang terus bergerak menuju Indonesia. Pada tanggal 11 Januari 1942, pasukan Jepang mendarat di Tarakan. Jepang terus bergerak dengan menguasai Balikpapan (24 Januari 1942), Pontianak (29 Januari 1942), Samarinda (3 Februari 1942), selanjutnya Banjarmasin (10 Februari 1942).
Untuk menghadapi serangan Jepang, tentara Sekutu membentuk komando ABDACOM (American, British, Dutch, Australian Command) yaitu gabungan dari pasukan Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Australia yang dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wavell (Inggris). ABDACOM bermarkas di Lembang (dekat Bandung) dan mulai beroperasi tanggal 15 Januari 1942 di bawah. Di samping itu juga membentuk Front ABCD (American, British, Cina, Dutch) yaitu gabungan pasukan Amerika Serikat, Inggris, Cina dan Belanda.
Pada tanggal 1 Maret 1942, di bawah pimpinan Kolonel Toshinori Shoji, pasukan Jepang mendarat di Eretan (Cirebon), Teluk Banten dan di Kragan (Jawa Tengah). Pada tanggal 5 Maret 1942, Jepang dapat menguasai Batavia dan selanjutnya menduduki Buitenzorg (Bogor). Pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Jawa Barat. Dalam penyerahan kekuasaannya, pihak Belanda diwakili oleh Letjen Teer Porten yang disaksikan Gubernur Jenderal Belanda Tjorda Van Stackenbourg kepada panglima perang Jepang Jenderal Hitosyi Imamura. Maka sejak adanya perjanjian Kalijati tanggal 8 Maret 1942 kekuasaan Belanda di Indonesia telah berakhir dan dimulailah kekuasaan Jepang di Indonesia.
B. Zaman pendudukan Jepang di Indonesia
Kedatangan Jepang membawa propaganda akan membebaskan bangsa Asia dari penjajahan barat. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia, Jepang mengungkapkan: Indonesia dan Jepang kedudukannya sederajat; Jepang saudara tua bangsa Indonesia; Jepang akan memimpin Asia untuk membangun Asia Timur Raya; Bendera merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh dikibarkan dan dinyanyikan berdampingan dengan bendera Jepang (Hinomaru) dan lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo).
Jepang melaksanakan pemerintahan militer di Indonesia dengan membagi tiga wilayah komando militer di Indonesia, yaitu:
1.  Wilayah militer I meliputi Pulau Jawa dan Pulau Madura, disebut Jawa Guneibu yang diperintah oleh angkatan darat (Rikugun) yang berpusat di Jakarta.
2.  Wilayah militer II meliputi Pulau Sumatera dan sekitarnya diperintah angkatan darat (Rikugun) yang berpusat di Bukittinggi.
3.  Wilayah militer III meliputi Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku diperintah oleh angkatan laut (Kaigun) yang berpusat di Makassar.
Pemerintahan di seluruh Asia Tenggara di bawah komando Panglima Tentara Umum Selatan yang berpusat di Dalat, Saigon, Vietnam. Berikut berbagai kebijakan Jepang di Indonesia
1.  Di bidang politik, Jepang melarang kegiatan berpolitik oleh karena itu organisasi politik juga dibubarkan kecuali MIAI. Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya untuk kepentingan Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain Gerakan Tiga A, Putera.
2.  Di bidang ekonomi diarahkan untuk kepentingan peperangan Jepang di Asia Timur Raya. Kebijakan yang dikelurkan Jepang diantaranya pengawasan dan monopoli perkebunan oleh Jepang; tanaman perkebunan yang kurang berguna bagi perang seperti teh, tembakau dan kopi diganti dengan tanaman jarak, kina, karet, padi, tebu; melakukan penebangan hutan besar-besaran untuk memenuhi pangan.
Hasil pertanian penduduk saat pendudukan Jepang mengalami kemorosotan hal ini disebabkan adanya bencana alam (banjir, longsor) akibat penebangan hutan, pemotongan hewan ternak secara berlebihan sehingga jumlah hewan merosot untuk pertanian, rakyat harus menyerahkan hasil panennya kepada Jepang.
Keadaan ini membuat rakyat Indonesia semakin sengsara. Semua diperas oleh Jepang, dari tenaga hingga harta benda. Akibatnya kelaparan dan kematian terjadi di mana-mana.
3.  Di bidang sosial, Jepang menerapkan kerja paksa yaitu romusha. Contohnya yaitu membangun proyek-proyek untuk kepentingan perang, seperti jalan raya, jembatan, lapangan terbang, kubu-kubu peternakan, dan gua-gua persembunyian. Gua semacam itu masih ada diantaranya di Kaliurang (Yogyakarta). Serta beribu-ribu orang dari daerah Jawa dipekerjakan di hutan-hutan luar Jawa. Bahkan, ada yang dipekerjakan di luar negeri seperti ke Malaya, Birma, Thailand dan Indocina. Selain itu masih ada kerja paksa Kinrohosi yaitu wajib kerja bagi tokoh masyarakat seperti pamong praja, pegawai rendahan dan tidak diberi upah.
4.  Di bidang militer, Jepang membentuk organisasi semimiliter dan organisasi militer, yaitu
a.  Organisasi semimiliter
1.  Seinendan (Barisan Pemuda) dibentuk secara resmi tanggal 29 April 1943.
2.  Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), dibentuk pada tanggal 29 April 1943.
3.  Fujinkai (Himpunan Wanita), dibentuk pada bulan Agustus 1943.
4.  Suishintai (Barisan Pelapor), diresmikan pada tanggal 25 September 1944.
5.  Gakukotai (Barisan Pelajar), dibentuk tanggal 15 Desember 1944.
6.  Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa), diresmikan pada tanggal 1 Maret 1944.
b.  Organisasi militer
1.  Heiho (Pembantu Prajurit Jepang), dibentuk pada bulan April 1943 yang merupakan prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan dalam organisasi militer Jepang baik dalam Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Selain diberi latihan militer, para anggota Heiho juga diberi kesempatan untuk mengendalikan senjata antipesawat, tank, dan artileri medan.
2.  PETA (Pembela Tanah Air) dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1944 atas usul dari Gatot Mangkupraja. Para pemuda yang tergabung dalam Peta mendapatkan latihan-latihan kemiliteran. Tokoh-tokoh PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal A.H. Nasution, Letjen. Ahmad Yani, Brigjen. Gatot Subroto.

No comments: